Kabar Pemalang – Sampah adalah problem bersama. Selama ini jika tidak dibakar sampah akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau malah ada warga yang ceroboh membuangnya di sungai. Sementara itu jumlah semakin terus bertambah terutama sampah plastik yang tidak mudah terurai.
Melihat kondisi permasalahan sampah tersebut, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Panca Sakti (UPS) Tegal menggelar Workshop Pengolahan Sampah di Balai Desa Penggarit, Senin (4/11/2019). Dalam workshop tersebut ada tiga poin penting dalam penanganan sampah. Pertama, perlunya pembuatan bank sampah. Kedua, pengolahan sampah organik dengan media komposter. Ketiga, pengolahan sampah plastik berupa penyulingan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Workshop tersebut diikuti oleh anggota PKK Desa Penggarit, warga Desa Penggarit dan beberapa siswa SMK.
Isrorudin, Sekretaris Desa Penggarit mengungkapkan bahwa di Desa Penggarit saat ini penanganan sampah baru tahap pengumpulan sampah di tiap rumah tangga yang kemudian dikumpulkan di tempat penampungan sementara dan diangkut ke TPA Pegongsoran setiap dua minggu sekali. Desa bersama PKK juga telah menjalankan program ekobrik.
Pemerintah Desa Penggarit berharap para peserta dapat mengikuti workshop dan dapat mengujicobakan hasil workshop tersebut.
“Nanti bisa diusulkan dalam perencanaan untuk dibuatkan program dari desa”, ujar Isrorudin.
Sementara itu Irfan santosa ST MT, perwakilan dari Universitas Panca Sakti Tegal menjelaskan bahwa kegiatan workshop ini merupakan inisiasi dari mahasiswa Fakultas Teknik melalui Badan Eksekutif Mahasiswa UPS Tegal.
UPS Tegal berharap kerjasama antara UPS Tegal dengan desa dapat berkesinambungan.
Rudi Hartono, pegiat bank sampah dari Kabupaten Brebes memberikan pengarahan tentang pentingnya membuat bank sampah. Sampah organik dan non organik perlu dipisah terlebih dahulu.
Di daerahnya sudah berjalan selama dua tahun dimana setiap RW terdapat pengurus bank sampah. Selain itu, juga sudah bekerja sama dengan 4 desa lain.
“Koordinasikan kegiatan tersebut dengan pemerintah desa dan dinas terkait”, ujar Rudi Hartono saat berbagi pengalaman dengan para peserta workshop
Perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup memperkenalkan alat berupa Komposter. Alat yang terbuat dari drup plastik dan dikombinasikan dengan pipa dan kran ini dapat mengurai sampah organik menjadi pupuk.
Sementara itu, mahasiswa Fakultas Teknik UPS memperkenalkan alat penyulingan sampah plastik. Dengan alat sederhana tersebut, sampah plastik bisa diubah menjadi bahan bakar minyak tanah.
Proses kerjanya adalah dengan memanaskan sampah plastik di dalam drum. Pemanasan menggunakan kompor dari LPG. Uap dari pembakaran plastik tersebut akan mengalir melalui pipa menuju drum pendingin yang sudah diberi air, kemudian dikeluarkan melalui pipa dalam bentuk minyak. Proses tersebut dibutuhkan waktu kurang lebih 30 – 60 menit untuk menghasilkan minyak.