“Bu, jenengan sing dodol? (Bu, kamu yang jualan?). Satunya berapa?” tanya Ganjar kepada Wiwid.
“Iya, Pak. Satunya Rp 10 ribu,” jawab Wiwid.
Ganjar kemudian memberi aba-aba kepada anak-anak di sekitarnya. Ia menawarkan siapa yang mau balon agar mengambil satu-satu.
“Ayo, siapa yang mau balon, ambil satu-satu. Bu, dagangannya aku borong semua,” kata Ganjar.
Wiwid terkejut mendengar dagangannya diborong. Apalagi seketika itu ia dan dagangannya sudah dikerubuti oleh anak-anak maupun orang tua yang mengambilkan untuk anaknya. Wiwid pun sempat kewalahan meladeni warga tetapi ia bersyukur karena sebelumnya sempat keliling ke desa lain dan tidak laku satupun.
Alhamdulillah, rejeki. Semoga sukses selalu Pak Ganjar. Tadi diborong, ada 50 buah, Rp500 ribu. Tadi sempat muter-muter di Tegal Melati ternyata rejekinya di sini. Ini rekor penjualan,” kata Wiwid.
Sementara itu, Ganjar mengatakan terkait pembangunan sarana prasarana itu diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Pegundan. Terlebih di sekitar tempat itu juga ada lahan pertanian.
“Kalau di sini nanti ada pertanian maka kami harapkan usaha taninya nanti bisa bagus. Kalau semua bagus ekonominya akan lancar,” katanya.
Ganjar menjelaskan, bantuan keuangan untuk sarana pra itu juga merupakan tantangan tang diberikan dari Pemprov Jateng kepada kepala desa dan perangkat desa dalam pembangunan desa. Selain itu juga untuk menguji integritas dalam pembangunan. Ternyata hasilnya dapat membuat Ganjar bangga karena selain selesai dalam waktu tiga pekan juga kualitasnya bagus.
“Ternyata ketika dikasih tantangan, ternyata tiga minggu cukup. Jalan ini bisa diselesaikan bagus dan hasilnya juga bagus. Kalau saya lihat cara bekerjanya selama tiga minggu dan melihat kualitas secara fisik dan visual begini insyaallah awet. Saya titip kepada para kades agar bantuan-bantuan keuangan dari provinsi, kabupaten, maupun dana desa tolong digunakan dengan integritas yang tinggi tolong bekerjanya dengan kompetensi yang baik sehingga ujungnya kualitas baik,” kata Ganjar.